“Sayangi Keluarga Anda, Cegah Demam Berdarah di Musim Hujan”
Oleh ; Rajabul Hairy,S.Ked
(Dokter Muda Bagian IKM-IKK-IKP)
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini menjadi ancaman serius, terutama di negara-negara tropis dan subtropis seperti Indonesia, di mana kondisi lingkungan mendukung perkembangbiakan nyamuk. DBD sering kali mewabah, terutama pada musim hujan, ketika genangan air menjadi tempat ideal bagi nyamuk berkembang biak.
Gejala dan Tahapan Penyakit
DBD memiliki gejala utama seperti demam tinggi mendadak, sakit kepala hebat, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, serta munculnya ruam merah di kulit. Pada beberapa kasus, penderita juga mengalami mual, muntah, dan kelelahan ekstrem.
Penyakit ini memiliki tiga tahapan utama:
1. Fase Demam: Ditandai dengan demam tinggi yang bisa mencapai 40°C selama 2–7 hari, disertai gejala lainnya seperti sakit kepala dan nyeri tubuh.
2. Fase Kritis: Pada tahap ini, demam mulai menurun, tetapi risiko komplikasi meningkat. Penderita bisa mengalami kebocoran plasma darah, yang menyebabkan penumpukan cairan di organ vital, syok, atau bahkan perdarahan hebat.
3. Fase Pemulihan: Jika melewati fase kritis, penderita akan mulai pulih, dengan kondisi tubuh berangsur-angsur membaik dan kadar cairan tubuh kembali normal.
Penyebab dan Faktor Risiko
Virus dengue memiliki empat serotipe (DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4). Seseorang yang telah terinfeksi salah satu serotipe akan memiliki kekebalan terhadap serotipe tersebut, tetapi masih rentan terhadap infeksi oleh serotipe lainnya. Infeksi berulang dengan serotipe berbeda sering kali meningkatkan risiko DBD berat, seperti demam berdarah dengue dengan syok atau sindrom syok dengue (Dengue Shock Syndrome).
Faktor risiko lain meliputi lingkungan yang padat penduduk, kurangnya sanitasi, serta penumpukan air bersih yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Selain itu, anak-anak dan individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah lebih rentan terhadap komplikasi.
Pencegahan dan Pengendalian
Pencegahan DBD memerlukan upaya bersama, baik dari individu maupun masyarakat. Beberapa langkah pencegahan meliputi:
- Menguras, Menutup, dan Mendaur Ulang (3M): Menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, dan mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air.
- Penggunaan Kelambu dan Obat Nyamuk: Tidur di bawah kelambu dan menggunakan obat nyamuk untuk mengurangi risiko gigitan.
- Fogging dan Larvasida: Penyemprotan insektisida dan penggunaan larvasida untuk membunuh nyamuk dewasa dan larva.
- Edukasi Masyarakat: Meningkatkan kesadaran tentang bahaya DBD dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Di beberapa negara, vaksin dengue seperti Dengvaxia telah tersedia untuk kelompok usia tertentu, tetapi penggunaannya masih terbatas. Hingga kini, pengendalian vektor nyamuk tetap menjadi strategi utama dalam mencegah DBD.
Penanganan Medis
Hingga saat ini, belum ada obat khusus untuk DBD. Pengobatan berfokus pada meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Penderita biasanya disarankan untuk:\
- Banyak istirahat dan minum cairan untuk mencegah dehidrasi.
- Mengonsumsi obat pereda demam seperti parasetamol (hindari aspirin, karena dapat meningkatkan risiko perdarahan).
-
Memantau tanda-tanda bahaya, seperti perdarahan, muntah terus-menerus, atau penurunan kesadaran, yang memerlukan perawatan segera di rumah sakit.
Dalam kasus berat, pasien mungkin memerlukan terapi cairan intravena atau perawatan intensif untuk mencegah komplikasi yang mengancam nyawa.
Kesimpulan
Demam berdarah adalah penyakit serius yang membutuhkan perhatian dan tindakan cepat. Tingginya tingkat penularan dan potensi komplikasi membuatnya menjadi tantangan besar di banyak negara, terutama di wilayah tropis. Namun, dengan pencegahan yang efektif, edukasi masyarakat, dan pengendalian lingkungan, ancaman DBD dapat diminimalkan. Kesadaran dan kerjasama masyarakat menjadi kunci untuk melindungi diri dan orang-orang di sekitar kita dari penyakit ini.