Tiga Penyakit yang Bikin "Bangkrut" Setelah Lebaran
Oleh ;
Dr.dr.Rachmat Faisal Syamsu,M.Kes,FISPH,FISCM
(Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Makassar)
Sudah sepantasnya kita semua bergembira setelah melalui Ramadan dan berhari raya idul fitri kemarin. Bersukacita dan berdoa mudah-mudahan kita semua termasuk orang-orang yang meraih kemenangan dan predikat taqwa. “Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS.Yunus:58). Tanda-tanda yang dapat dijadikan alat ukur bahwa seseorang itu akan berhasil melalui ujian setelah Ramadan dan berhasil meraih predikat taqwa diantaranya adalah kehidupan beragamanya lebih baik daripada sebelumnya. Dia menjadi hamba yang lebih perhatian dengan shalat, puasa, shadaqah dan membaca Al-Quran. Lisannya senantiasa terjaga, bahkan tidak berucap melainkan kebaikan. Namun setelah momen hari raya berlalu, ada hal yang harus menjadi perhatian kita semua, terutama mengenai tabungan-tabungan amal yang sudah kita kumpulkan begitu banyak saat ramadan kemarin. Tentunya kita tidak ingin amalan tersebut habis, tak bersisa dan bahkan berganti dosa tanpa kita sadari. Ada penyakit, yang mungkin sering kita lakukan tanpa disadari. Penyakit yang menurut bahasa hadistnya adalah penyakit yang dapat membuat kita "bangkrut" terhadap tabungan amal-amal kita. Panyakit yang dapat menjadikan kas amal kita kosong bahkan minus sekalipun. Sesuai konteks mukaddimah hadist riwayat muslim diatas maka ada tiga jenis penyakit yang berbahaya tersebut, yaitu :
Pertama, mencela orang lain. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim“(QS. Al Hujuraat :11). Imam Ibnu Katsir menafsirkan bahwa Allah melarang yaitu sikap merendahkan orang lain dan mencaci mereka.Boleh jadi orang yang dihina lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah dan lebih Allah cintai.
Kedua, berprasangka buruk kupada orang lain. Tuduhan dapat dikelompokkan dalam dua kategori; pertama, terkadang pelakunya menuduh seseorang dengan sadar, dimana orang yang menuduh itu tahu benar bahwa orang yang dituduh tidak demikian, tapi tetap saja ia menuduh. Kedua, terkadang pelakunya menuduh seseorang karena tidak tahu, atau baru berupa sangkaan. Akar dari perbuatan kedua ini adalah prasangka buruk kepada orang lain. Kebanyakan tuduhan yang dilontarkan kepada orang lain bersumber dari ketidaktahuan atau prasangka buruk. Itulah mengapa Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 12 berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa."
Ketiga, makan harta orang lain. “Tidaklah kedua kaki seorang hamba beranjak pada hari kiamat kelak sampai ia ditanya tentang empat hal: - disebutkan di antaranya adalah- hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia belanjakan?” (HR. Tirmidzi). Seseorang yang memakan harta orang lain dalam hidupnya, kemudian dia tidak peduli dengan hal itu. Tidak peduli bagaimana nanti keadaannya di hari perjumpaan dengan Allah. Bagi mereka disiapkan ancaman keras dan siksa yang pedih.
Tiga penyakit yang dapat membuat kita "bangkrut" diatas sangat berbahaya. Kita tentunya tidak ingin karena mencaci maki, menuduh, dan makan harta orang lain menghanguskan hasil jerih payah ibadah kita yang kita sudah anggap cukup atau bahkan sangat banyak, yang ternyata ketika di timbang di pengadilan Allah kelak justru tidak bernilai sama sekali atau bahkan minus karena tidak mampunya amal kita membayar dosa sehingga dosa oaranglain lah yang dilimpahkan ke kita. Naudzubillah.
Semoga selepas ramadhan dan idulfitri kali ini kita dapat terus menjaga bahkan meningkatkan semangat beribadah kita, amalan jahriyah kita, dan menghindarkan diri dari penyakit yang membuat pahala kita "bangkrut" aamiin. Allahualam.
*Dipublikasikan pertama kali, Mei 2021 Koran Fajar Makassar. Diedit kembali Maret 2025.